Assalamu'alaikum Wr. Wb.
A. Pengertian Epistemologi
Istilah
epistemologi di dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah “Theory of
knowledge”. Epistemologi berasal dari kata Yunani “episteme” dan “logos”. Episteme
berarti pengetahuan dan logos berarti teori.
Epistemologi
dapat didefinisikan sebagai cabang filsafat yang mempelajari asal mula atau
sumber, struktur, metode dan sahnya (validitasnya) pengetahuan. Epistemologi
membahas tentang bagaimana metode seorang manusia mendapatkan pengetahuan.
Epistemologi berkaitan dengan pertanyaan “bagaimana/mengapa”.
B. Ruang Lingkup Epistemologi
M.Arifin merinci
ruang lingkup epistemologi, meliputi hakekat, sumber dan validitas pengetahuan.
Mudlor Achmad merinci menjadi enam aspek, yaitu hakikat,
unsur, macam, tumpuan, batas, dan sasaran pengetahuan.
Bahkan, A.M
Saefuddin menyebutkan, bahwa epistemologi mencakup pertanyaan yang harus
dijawab, apakah ilmu itu, dari mana asalnya, apa sumbernya, apa hakikatnya,
bagaimana membangun ilmu yang tepat dan benar, apa kebenaran itu, mungkinkah
kita mencapai ilmu yang benar, apa yang dapat kita ketahui, dan sampai
dimanakah batasannya.
Semua pertanyaan
itu dapat diringkat menjadi dua masalah pokok: masalah sumber ilmu dan masalah benarnya ilmu.
C. Obyek dan Tujuan Epistemologi
Objek
epistemologi ini menurut Jujun S.Suriasumatri berupa “segenap proses yang
terlibat dalam usaha kita untuk memperoleh pengetahuan.”
Proses untuk
memperoleh pengetahuan inilah yang menjadi sasaran teori pengetahuan dan
sekaligus berfungsi mengantarkan tercapainya tujuan, sebab sasaran itu
merupakan suatu tahap pengantara yang harus dilalui dalam mewujudkan tujuan.
Tanpa suatu sasaran, mustahil tujuan bisa terealisir, sebaliknya tanpa suatu
tujuan, maka sasaran menjadi tidak terarah sama sekali.
Jacques Martain mengatakan: “Tujuan
epistemologi bukanlah hal yang utama untuk menjawab pertanyaan, apakah saya
dapat tahu, tetapi untuk menemukan syarat-syarat yang memungkinkan saya dapat
tahu”. Hal ini menunjukkan, bahwa epistemologi bukan untuk memperoleh
pengetahuan meskipun keadaan ini tak bisa dihindari, akan tetapi yang menjadi
pusat perhatian dari tujuan epistemologi adalah lebih penting dari itu, yaitu
ingin memiliki potensi untuk memperoleh pengetahuan.
D. Aliran-Aliran Dalam Epistemologi
1.
Empirisme
Empirisme
menganggap pengalaman pengalaman sebagai sumber utama dalam pengetahuan. Maksud
dalam pengalaman disini ialah pengalaman lahir yang menyangkut dunia maupun
pengalaman batin yang menyangkut pribadi manusia saja.
2.
Rasionalisme
Rasionalisme
adalah aliran filsafat yang menganggap bahwa ukuran kebenaran bukanlah
penginderaan akan tetapi intelek dan secara deduktif.
3.
Intuisionisme
Secara
umum yaitu suatu filsafat yang menganggap intuisi sebagai dasar atau sumber
pengetahuan atau sekurang kurangnya sebagai pengetahuan filsafat.
4.
Sensasionalisme
Secara
etimologi, sensasionalisme berasal dari kata Latin sensation yaitu merasa atau
mencerap. Aliran ini merupakan salah satu bentuk dari empirisme yang menegaskan
bahwa semua pengetahuan pada akhirnya diperoleh dengan cara sensasi sensasi.
5.
Positivisme
Menurut
Comte, perkembangan pikiran manusia terdiri dari tiga tahap. Pertama tahap
teologis atau fiktif. Dalam tahap ini manusia selalu berusaha untuk mencari dan
menemukan sebab yang pertama dan tujuan akhir segala sesuatu yang ada. Kedua
tahap metafisik atau abstrak. Metafisika merupakan pengetahuan puncak pada masa
ini. Ketiga tahap positif atau ilmiah. Dalam tahap ini pengetahuan manusia
berdasarkan atas fakta fakta. Berdasarkan pengamatan dan dengan penggunaan
akalnya manusia dapat menentukan hubungan hubungan persamaan dan akal urutan
yang terdapat pada fakta fakta. Tahap positif merupakan tahap dimana jiwa
manusia sampai pada pengatahuan yang tidak lagi abstrak, tetapi pasti,jelas dan
bermanfaat.
6.
Skeptisisme
Pengetahuan
yang berasal dari sikap keragu raguan yaitu keragu raguan terhadap induksi.
7.
Agnotisisme
Agnotisisme
yaitu teori pengetahuan yang menegaskan bahwa manusia tidak mungkin memperoleh
pengetahuan mengenai sesuatu pokok persoalan tertentu.
8.
Subjektivisme
Subjektivisme yaitu pembatasan pengetahuan pada subjek yang
mengetahui yang mencakup kedaan
pengindraan, perasaan dan kehendak. Kenyataan yang di luar diri subyek dapat
disimpulkan dari keadaan subyektif.
9.
Objektivisme
Objektivisme yaitu aliran filsafat yang berpendirian bahwa
segala sesuatu yang dipahami itu tidak tergantung pada orang yang memahami
10.
Fenomenalisme
Fenomenalisme
yaitu aliran yang menganggap pengetahuan terbatas pada fenomena. Fenomena ini
mencakup (a) fenomena fisik atau totalitas obyek obyek dari persepsi yang nyata
atau yang mungkin, (b) obyek obyek intropeksi. Ada dua anggapan dari
fenomenalisme, yaitu (1) mengingkari adanya kenyataan dibalik gejala gejala,(2)
mengakui kenyataan dalam benda itu sendiri akan tetapi mengingkari dapatnya
diketahui.
11. Pragmatisme
Menurut
C. S. Piece, aliran ini mengajarkan bahwa yang penting ialah pengaruh apa yang dilakukan
sebuah ide dalam suatu rencana tindakan. Tidak dipersoalkan apa hakikat ide
itu. Pengetahuan yang dimiliki manusia tidak lain dari gambaran yang diperoleh
mengenai akibat yang akan dapt disaksikan.
12.
Saintisme
Saintisme
adalah aliran pandangan yang menganggap ilmu sebagai satu satunya jalan bagi
pengetahuan manusia. Istilah saintisme dapat diartikan sebagai pandangan yang
mengagungkan ilmu.
E. Landasan Epistemologi
Landasan epistemologi ilmu disebut metode
ilmiah; yaitu cara yang dilakukan ilmu dalam menyusun pengetahuan yang benar.
Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut
ilmu. Jadi, ilmu pengetahuan merupakan pengetahuan yang didapatkan lewat metode
ilmiah.
Pengetahuan yang diperoleh oleh manusia
melalui akal, indera, dan lain-lain mempunyai metode tersendiri dalam teori
pengetahuan, di antaranya adalah:
1.
Metode
Induktif
Induksi
yaitu suatu metode yang menyimpulkan pernyataan-pernyatan hasil observasi yang
disimpulkan dalam suatu pernyataan yang lebih umum.
2.
Metode
Deduktif
Deduksi
ialah suatu metode yang menyimpulkan bahwa data-data empirik diolah lebih
lanjut dalam suatu pernyataan yang runtut. Hal-hal yang harus ada dalam metode
deduktif ialah adanya perbandingan logis antara kesimpulan-kesimpulan itu sendiri.
3.
Metode
Potivisme
Metode
ini dikeluarkan oleh August Comte (1798-1857). Metode ini berpangkal dari apa
yang telah diketahui, yang faktual, yang positif. Ia mengenyampingkan segala
uraian/persoalan di luar yang ada sebagai fakta. Oleh karena itu, ia menolak
metafisika. Apa yang diketahui secara positif, adalah segala yang tampak dan
segala gejala. Dengan demikian metode ini dalam bidang filsafat dan ilmu
pengetahuan dibatasi kepada bidang gejala-gejala saja.
4.
Metode
Kontemplatif
Metode
ini mengatakan adanya keterbatasan indera dan akal manusia untuk memperoleh
pengetahuan, sehingga objek yang dihasilkan pun akan berbeda-beda harusnya
dikembangkan sutu kemampuan akal yang disebut dengan intuisi. Pengetahuan yang
diperoleh lewat intuisi ini bisa diperoleh dengan cara berkontemplasi
5.
Metode
Dialektif
Dalam
filsafat, dialektika mula-mula berarti metode tanya jawab untuk mencapai
kejernihan filsafat. Metode ini diajarkan oleh Socrates. Namun Plato
mengartikannya diskusi logika. Kini dialektika berarti tahap logika, yang
mengajarkan kaidah-kaidah dan metode-metode penuturan, juga analisis sistematik
tentang ide-ide untuk mencapai apa yang terkandung dalam pandangan.
F.
Epistemologi
Pendidikan Matematika
Kajian epistemologi matematika adalah
sekelompok pertanyaan mengenai apakah matematika itu, termasuk jenis
pengetahuan apa, bagaimana ciri-cirinya, serta lingkupan dan pembagian
pengetahuan matematika. Demikian pula
persoalan tentang kebenaran matematika seperti misalnya sifat alaminya dan
macamnya. Jadi, matematika jika ditinjau dari aspek epistemologi, matematika
mengembangkan bahasa numerik yang memungkinkan kita untuk melakukan pengukuran
secara kuantitatif.
Nama : Siswo Hadi P
NIM : 1384202097
Kelas :1C
Terima kasih yang sudah support
ReplyDelete