Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Kali ini saya ingin share materi kuliah di pendidikan matematika, di paper ini di tulis untuk memenuhi tugas mata kuliah yang saya ampu, dan untuk penulis sudah di sertakan dalam paper berikut:
NAMA :
Ainudin Romadon
NIM :
1384202072
TK/S/KLS :
I / II / C
Persoalan-Persoalan
pokok dalam Pengembangan Pendidikan Matematika
Lemahnya pendidikan matematika di
Indonesia merupakan akibat tidak diajarkannya filsafat atau latar belakang ilmu
Matematika. Dampaknya, peserta didik pandai mengerjakan soal, tetapi tidak bisa
memberikan makna dari soal itu. Matematika hanya diartikan sebagai sebuah
persoalan hitung-hitungan yang siap untuk diselesaikan atau dicari jawabannya. Peserta
didik lebih diposisikan hanya sebagai pengguna ilmu.
Terhadap kelemahan itu, perlu ada
perubahan paradigma dan cara pandang baru tentang bagaimana unsur-unsur
filsafat itu bisa diberikan kepada peserta didik dan tidak melakukan perubahan
terhadap kurikulum matematika yang sudah ada, ini ditujukan kepada pendidik
agar apa yang diberikan kepada para peserta didiknya harus dilengkapi dengan
berbagai penjelasan dan latar belakang terhadap sebuah rumus yang telah
diyakininya itu, sebagai sebuah pengetahuan filsafat.
Dunia pendidikan
Matematika inovatif kontemporer ada dua
cara:
1.
Intensif yaitu merupakan
pendidikan Matematika dimana dalam pelaksanaan proses pembelajaran matematika,
peserta didik dituntut untuk menggunakan kemampuan dan pikirannya secara dalam
sedalam- dalamnya untuk menerapkan konsep- konsep yang ada dalam matematika
untuk digunakan secara maksimal oleh dirinya sendiri.
2.
Ekstensif yaitu suatu
dunia pendidikan dimana dalam pelaksanaan kegiatan proses belajar mengajar Matematika,
pendidik dan peserta didik harus berperan aktif dalam menggunakan kemampuan dan
pemikirannya secara luas seluas-luasnya untuk memanfaatkan dan menerapkan
konsep- konsep yang ada dalam Matematika untuk direalisasikan dalam kehidupan
sehari- hari dan kehidupan sosial bermasyarakat.
v Solusi permasalahan pokok dalam
pendidikan Matematika
Dalam pelaksanaan mengajar di sekolah, guru mempunyai peranan
yang sangat besar demi tercapainya proses belajar yang baik. Sehubungan dengan
peranan ini, seorang guru dituntut harus mempunyai kompetensi yang memadai
dalam hal pengajaran di sekolah. Kurangnya kompetensi guru dapat menyebabkan
pelaksanaan mengajar menjadi kurang efektif yang mengakibatkan siswa tidak
senang dengan pelajaran sehingga siswa dapat mengalami berbagai kesulitan
belajar dan pada akhirnya hasil belajar menurun.
Ada satu pendekatan yang disebut pendekatan TIA(Triarchic
Instruction and Assesment) dimana pendekatan ini mempunyai
tujuan khusus yaitu untuk mengembangkan kemampuan berpikir analitis, kreatif
dan praktis.
Menurut Sternberg(2010) menyatakan
bahwa “Riset menunjukkan bahkan seandainya tujuan guru semata-mata mengasah
ingatan akan pengetahuan faktual, ia akan mendapatkan hasil-hasil yang lebih
baik dengan menggunakan pendekatan TIA daripada dengan mengasah ingatan secara
langsung”. Akan tetapi pada program pendidikan tampaknya mengembangkan
kecerdasan satu pola saja, yaitu kecerdasan analitis dan bahkan mengabaikan dua
pola lainnya, yaitu kecerdasan kreatif dan praktis yang sangat penting untuk
menjalani kehidupan dengan sukses. Sternberg(2010)
telah menengarai kemampuan berpikir analitis, kreatif dan praktis sebagai
penyusun kecerdasan sukses dan telah disadari bahwa orang-orang sukses
menggunakan ketiga kemampuan tersebut untuk meraih kesuksesan.
1.
Mengajarkan Berpikir Analitis
Sternberg,
Grigorenko (2010) mengatakan bahwa “Kecerdasan analitis merupakan
komponen pertama dalam kecerdasan sukses. Hal ini meliputi pengarahan secara
sadar atas proses mental untuk menemukan solusi yang masuk akal atas suatu
permasalahan”.
Tujuan dari
kecerdasan berpikir analitis adalah perpindahan dari suatu masalah menuju suatu
solusi.
2.
Mengajarkan Berpikir Kreatif
Kreativitas
merupakan suatu keputusan. Orang-orang yang kreatif adalah seperti investor
yang baik: mereka membeli saat harga rendah dan menjualnya dengan harga tinggi.
Namun, perbedaannya pada tempatnya. Para Investor melakukan hal itu di dunia
keuangan tetapi orang-orang kreatif melakukannya di dunia ide-ide.
Strategi-strategi
untuk berpikir kreatif yang diciptakan oleh Sternberg, Grigorenko (2010)
diantaranya:
a) Mendefinisikan
kembali masalah
Penerapan: pendidik dapat mendorong peserta didik untuk
menemukan suatu pertanyaan yang berbeda dalam menanyakan masalah matematika
yang dihadapinya.
b) Mempertanyakan
dan menganalisis asumsi-asumsi
Penerapan: Pendidik dapat mendorong peserta didik untuk
mempertimbangkan.
c) Menjual ide-ide
kreatif
Penerapan:
Pendidik dapat mendorong peserta didik untuk meyakinkan teman kelas bahwa
metode-metode pemecahan masalah matematika yang mereka ajukan adalah betul.
d) Membangkitkan
ide-ide
Penerapan: Pendidik dapat meminta kepada peserta didik
membuat soal matematika dalam bentuk soal cerita.
e) Mengenali dua
sisi pengetahuan
Penerapan: Pendidik dapat mendorong peserta didik untuk
mempertimbangkan suatu cara pemecahan soal matematika yang selalu mereka
gunakan lalu mencobanya dengan cara yang lain.
f)
Mengidentifikasi dan mengatasi hambatan
Penerapan: Pendidik dapat meminta peserta didik untuk
membandingkan metode baru dalam menyelesaikan masalah perkalian dengan metode
umum, dan menyempurnakan metode baru tersebut sehingga dengan metode itu
lebih efisien dibanding dengan metode umum.
g) Mengambil
risiko-risiko dengan bijak
Penerapan: Pendidik dapat mendorong peserta didik untuk
mencoba memecahkan pembuktian luas daerah segitiga yang sulit.
h) Menoleransi
ambiguitas
Penerapan: Pendidik dapat menanyakan kepada peserta didik
untuk tetap mencoba memecahkan masalah yang sampai saat ini belum terpecahkan
keseluruhannya.
i)
Membangun keandalan-diri
Penerapan: Pendidik dapat mendorong peserta didik
meluangkan waktu untuk memecahkan soal keliling dan luas daerah segitiga yang
cukup sulit.
j)
Menemukan minat sejati
Penerapan: Pendidik dapat mendorong peserta didik untuk
memahami penggunaan matematika dalam olahraga.
k) Menunda
kepuasan
Penerapan: Pendidik dapat mengingatkan peserta didik
untuk menyelesaikan soal keliling dan luas daerah segitiga yang demikian rumit.
l)
Membuat model kreativitas
Penerapan: Pendidik dapat menyuruh peserta didik menulis
soal matematika berdasarkan olahraga yang menarik perhatian mereka.
Adapun
ciri-ciri kreatif sebagai berikut:
a) Berpikir lancar dengan mengajukan
banyak pertanyaan, jawaban dan gagasan;
b) berpikir luwes dengan menghasilkan gagasan
atau jawaban atau pertanyaan yang variatif, dapat melihat suatu masalah dari
sudut pandang yang berbeda-beda;
c) berpikir orisinal dengan mampu
melahirkan ungkapan, gagasan baru yang unik, tidak lazim dipikirkan orang;
d) mengevaluasi dengan menentukan patokan
penilaian sendiri, mampu mengambil keputusan pada situasi yang terbuka,
bersikap kritis;
e) kritis dengan selalu terdorong untuk
mengetahui segala hal;
f)
imajinatif dengan membayangkan berbagai hal yang belum
pernah terjadi;
g) tertantang oleh kemajemukan dengan
tertarik pada situasi dan masalah yang rumit;
h) berani mengambil resiko dengan
berani mengemukakan jawaban atau gagasan, meskipun belum tentu benar atau
diterima, tidak takut gagal, tidak terikat pada hal yang
berstruktur/konvensional;
i) sifat menghargai dengan menghargai kritik, bimbingan orang
lain, maupun kemampuan dan bakatnya sendiri;
j) mengelaborasi dengan memperkaya dan mengembangkan suatu
gagasan atau produk, menambah atau merinci detail-detail suatu objek, atau
situasi sehingga menjadi lebih menarik.
3.
Mengajarkan Berpikir Praktis
Sternberg,
Grigorenko(2010) mengatakan bahwa hampir tiap orang mengetahui
bahwa para pemikir yang baik itu seringkali membuat berbagai kesalahan dan
gagal melaksanakan tugasnya. Pemikiran bagus mereka seolah-olah sia-sia ketika
mereka berkonfrontasi dengan masalah praktis, masalah-masalah dunia nyata.
Daftar
penghalang berpikir praktis, sebagai berikut:
a) Kurangnya motivasi
b) Kurangnya pengendalian nafsu
c) Kurangnya ketekunan atau ketekunan
yang berlebih-lebihan
d) Menggunakan kemampuan yang salah
e) Ketidakmampuan menerjemahkan pikiran
kedalam tindakan
f)
Kurangnya orientasi pada produk
g) Ketidakmampuan menyelesaikan tugas
dan melanjutkannya
h) Kegagalan mengawali proyek
i)
Takut gagal
j)
Menunda-nunda atau menangguh-nangguhkan
k) Kekeliruan dalam menemukan penyebab
masalah
l)
Terlalu mengasihani diri
m) Ketergantungan yang berlebih-lebihan
n) Berkutat dalam kesulitan-kesulitan
pribadi
o) Kekacauan pikiran dan lemahnya
konsentrasi pikiran
p) Terlalu sedikit atau terlalu lebar
dalam membuka diri
q) Ketidakmampuan atau keengganan untuk
melihat masalah dalam perspektif yang lebih luas atau menyeluruh
r) Kurangnya keseimbangan antara
berpikir analitis, kreatif dan praktis.
s) Rasa percaya diri yang terlalu kecil
atau besar.
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
Tags: Makalah, Materi Kuliah, Fisafat Pedidikan Matematika
No comments:
Post a Comment