Breaking

Wednesday, October 25, 2017

Prinsip-Prinsip Pengembangan Pendidikan Matematika

Assalamu'alaikum Wr. Wb.


BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang Masalah
Filsafat merupakan cabang ilmu yang mempelajari tentang segala aturan yang ada di muka bumi ini beserta hukum-hukumnya. Obyek dalam filsafat meliputi ada dan yang mungkin ada. Dan oleh pikiranlah antara yang ada dan yang mungkin ada tersebut itu dapat dihubungkan satu sama lainnya. Arti dari filsafat merupakan filsafat itu sendiri. Karena berfilsafat itu bermakna berpikir kritis, maka untuk berfilsafat memerlukan pikiran yang dalam keadaan kesadaran yang sesadar-sadarnya. Di dalam filsafat ada 4 unsur-unsur yang terpenting dari prinsip-prinsip pengembangan pendidikan yang dilakukan di Indonesia. Yaitu pengembangan pendidikan, metode pembelajaran, cara pembelajaran, pengembangan materi pembelajaran.  
Dalam filsafat ada 2 hal yang dibutuhkan untuk mentransformasikan sebuah dunia, yaitu ruang dan waktu. Bahasa yang digunakan dalam berfilsafat adalah bahasa analog. Yang memiliki unsure subyek dan predikat. Unsure subyek tidak dapat berdiri sendiri tanpa adanya predikat yang mengikuti. Berlaku juga sebaliknya. Dalam mempelajari filsafat, terdapat dua sumbu yang akan menghubungkan satu dengan yang lain. Dan sumbu itu juga bermanfaat bagi sumbu-sumbu yang lainnya. Sumbu ontology merentang dari intensif ke ekstensif. Sumbu epistimologi merentang dari benar ke yang salah. Dan sumbu aksiologi merentang dari baik dan yang buruk, etik dan estetika. Kutup ruang dari jauh ke dekat, kutup waktu dari lampau, sekarang ke masa yang akan datang.
B.  Rumusan Masalah
Terkait latar belakang masalah yang telah dipaparkan diatas, maka akan dikaji beberapa rumusan masalah dibawah sebagai berikut :
1.      Apa yang dimaksud dengan prinsip-prinsip pengembangan pendidikan?
2.      Bagaimana metode pembelajaran matematika?
3.      Apa prosedur cara pembelajaran?
4.      Bagaimana pengembangan materi pembelajaran pendidikan matematika?

C.  Tujuan Penulisan Matematika
Makalah ini disusun dalam rangka memfasilitasi teman-teman mahasiswa Pendidikan Matematika khususnya dan seluruh praktisi Pendidikan Matematika pada umummnya agar dapat memahami prinsip-prinsip pengembangan Pendidikan Matematika secara lebih mendalam sehingga dapat mengelola serta mengembangkan pendidikan matematika yang berorientasi pada pencapaian tujuan dari pendidikan matematika itu sendiri. 
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengembangan Pendidikan
Matematika tradisional : Setelah Indonesia terlepas dari penjajahan kolonial, pemerintah berbenah diri menyusun program pendidikan. Matematika diletakkan sebagai salah satu mata pelajaran wajib. Saat itu pembelajaran matematika lebih ditekankan pada ilmu hitung dan cara berhitung. Urutan-urutan materi seolah-olah telah menjadi konsensus masyarakat. Karena seolah-olah sudah menjadi konsensus maka ketika urutan dirubah sedikit saja protes dan penentangan dari masyarakat begitu kuat. Untuk pertama kali yang diperkenalkan kepada siswa adalah bilangan asli dan membilang, kemudian penjumlahan dengan jumlah kurang dari sepuluh, pengurangan yang selisihnya positif dan lain sebagainya.
Kekhasan lain dari pembelajaran matematika tradisional adalah bahwa pembelajaran lebih menekankan hafalan dari pada pengertian, menekankan bagaimana sesuatu itu dihitung bukan mengapa sesuatu itu dihitungnya demikian, lebih mengutamakan kepada melatih otak bukan kegunaan, bahasa/istilah dan simbol yang digunakan tidak jelas, urutan operasi harus diterima tanpa alasan, dan lain sebagainya.
Urutan operasi hitung pada era pembelajaran matematika tradisional adalah kali, bagi, tambah dan kurang. ,maksudnya bila ada soal dengan menggunakan operasi hitung maka perkalian harus didahulukan dimanapun letaknya baru kemudian pembagian, penjumlahan dan pengurangan. Urutan operasi ini mulai tahun 1974 sudah tidak dipandang kuat lagi banyak kasus yang dapat digunakan untuk menunjukkan kelemahan urutan tersebut.
Contoh:  Tentukan hasil dari 12:3?
Jawabanya adalah 4,dengan tanpa memberi tanda kurung.
soal di atas ekuivalen dengan 9+3:3, berdasar urutan operasi yaitu bagi dulu baru jumlah dan hasilnya adalah 10. Perbedaan hasil inilah yang menjadi alasan bahwa urutan tersebut kurang kuat.
Sementara itu cabang matematika yang diberikan di sekolah menengah pertama adalah aljabar dan geometri bidang. Geometri ini diajarkan secara terpisah dengan geometri ruang selama tiga tahun. Sedangkan yang diberikan di sekolah menengah atas adalah aljabar, geometri ruang, goneometri, geometri lukis, dan sedikit geometri analitik bidang. Geometri ruang tidak diajarkan serempak dengan geometri ruang, geomerti lukis adalah ilmu yang kurang banyak diperlukan dalam kehidupan sehingga menjadi abstrak dikalangan siswa.
Pembelajaran matematika modern : Pengajaran matematika modern resminya dimulai setelah adanya kurikulum 1975. Model pembelajaran matematika modern ini muncul karena adanya kemajuan teknologi, di Amerika Serikat perasaan adanya kekurangan orang-orang yang mampu menangani sejata, rudal dan roket sangat sedikit, mendorong munculnya pembaharuan pembelajaran matematika. Selain itu penemuan-penemuan teori belajar mengajar oleh J. Piaget, W Brownell, J.P Guilford, J.S Bruner, Z.P Dienes, D.Ausubel, R.M Gagne dan lain-lain semakin memperkuat arus perubahan model pembelajaran matematika.
W. Brownell mengemukakan bahwa belajar matematika harus merupakan belajar bermakna dan berpengertian. Teori ini sesuai dengan terori Gestalt yang muncul sekitar tahun 1930, dimana Gestalt menengaskan bahwa latihan hafal atau yang sering disebut drill adalah sangat penting dalam pengajaran namun diterapkan setalah tertanam pengertian pada siswa.
Dua hal tersebut di atas memperngaruhi perkembangan pembelajaran matematika dalam negeri, berbagai kelemahan seolah nampak jelas, pembelajaran kurang menekankan pada pengertian, kurang adanya kontinuitas, kurang merangsang anak untuk ingin tahu, dan lain sebagainya. Ditambah lagi masyarakat dihadapkan pada kemajuan teknologi. Akhirnya Pemerintah merancang program pembelajaran yang dapat menutupi kelemanahn-kelemahan tersebut, munculah kurikulum 1975 dimana matematika saat itu mempnyai karakteristik sebagai berikut ;
1.    Memuat topik-topik dan pendekatan baru. Topik-topik baru yang muncul adalah himpunan,    statistik dan probabilitas, relasi, sistem numerasi kuno, penulisan lambang bilangan non desimal.
2.    Pembelajaran lebih menekankan pembelajaran bermakna dan berpengertian dari pada hafalan dan ketrampilan berhitung.
3.    Program matematika sekolah dasar dan sekolah menengah lebih continue
4.    Pengenalan penekanan pembelajaran pada struktur
5.     Programnya dapat melayani kelompok anak-anak yang kemampuannya hetrogen.
6.    Menggunakan bahasa yang lebih tepat.
7.    Pusat pengajaran pada murid tidak pada guru.
8.    Metode pembelajaran menggunakan meode menemukan, memecahkan masalah dan teknik diskusi.
9.    Pengajaran matematika lebih hidup dan menarik.

     Pembelajaran matematika masa kini : Pembelajaran matematika masa kini adalah pembelajaran era 1980-an. Hal ini merupakan gerakan revolusi matematika kedua, walaupun tidak sedahsyat pada revolusi matematika pertama atau matematika modern. Revolusi ini diawali oleh kekhawatiran negara maju yang akan disusul oleh negara-negara terbelakang saat itu, seperti Jerman barat, Jepang, Korea, dan Taiwan. Pengajaran matematika ditandai oleh beberapa hal yaitu adanya kemajuan teknologi muthakir seperti kalkulator dan komputer.
Perkembangan matematika di luar negeri tersebut berpengaruh terhadap matematika dalam negeri. Di dalam negeri, tahun 1984 pemerintah melaunching kurikulum baru, yaitu kurikulum tahun 1984. Alasan dalam menerapkan kurikulum baru tersebut antara lain, adanya sarat materi, perbedaan kemajuan pendidikan antar daerah dari segi teknologi, adanya perbedaan kesenjangan antara program kurikulum di satu pihak dan pelaksana sekolah serta kebutuhan lapangan dipihak lain, belum sesuainya materi kurikulum dengan tarap kemampuan anak didik. Dan, CBSA (cara belajar siswa aktif) menjadi karakter yang begitu melekat erat dalam kurikulum tersebut.
Dalam kurikulum ini siswa di sekolah dasar diberi materi aritmatika sosial, sementara untuk siswa sekolah menengah atas diberi materi baru seperti komputer. Hal lain yang menjadi perhatian dalam kurikulum tersebut, adalah bahan bahan baru yang sesuai dengan tuntutan di lapangan, permainan geometri yang mampu mengaktifkan siswa juga disajikan dalam kurikulum ini.
Sementara itu langkah-langkah agar pelaksanaan kurikulum berhasil adalah melakukan hal-hal sebagai berikut;
1.      Guru supaya meningkatkan profesinalisme
2.      Dalam buku paket harus dimasukkan kegiatan yang menggunakan kalkulator dan komputer
3.      Sikronisasi dan kesinambungan pembelajaran dari sekolah dasar dan sekolah lanjutan
4.      Pengevaluasian hasil pembelajaran
5.      Prinsip CBSA di pelihara terus
Pembelajaran matematika beracuan konstruktivisme (disarikan dari Suparno, 1997) dikembangkan dengan prinsip-prinsip sebagai berikut:
1.      Pengetahuan bagi individu adalah hasil konstruksi individu sendiri.
2.      Individu dapat mengonstruksi pengetahuannya melalui interaksi dengan objek, fenomen, pengalaman, dan lingkungannya.
3.      Pengetahuan yang benar apabila pengetahuan hasil konstruksi itu dapat digunakan untuk memecahkan masalah atau fenomen yang relevan.
4.      Pengetahuan tidak dapat ditransfer oleh seseorang dari orang lain, melainkan melalui proses interpretasinya masing-masing.
5.      Pengetahuan dibangun sendiri oleh siswa, baik secara personal maupun sosial.
6.      Perubahan konsep ke arah yang lebih rinci, lengkap, dan ilmiah terjadi apabila proses konstruksi berlangsung terus menerus.
7.      Peran guru dalam pembelajaran beracuan konstruktivisme adalah sekedar membantu menyediakan sarana dan situasi agar proses konstruksi pengetahuan berjalan dengan baik.
8.      Pengetahuan individu tersimpan dalam struktur kognitifnya, didapat melalui proses mengonstruksi secara fisik dan mental dalam lingkungan fisik dan sosial.
9.      Pengetahuan hasil konstruksi sebagai struktur kognitif individu, tertanam sebagai struktur logis dan matematis yang bersifat abstrak berasal dari dua kemungkinan abstraksi, yaitu (1) abstraksi dari objek secara langsung yang menghasilkan pengetahuan empiris atau eksperimental, dan (2) abstraksi atas dasar koordinasi, relasi, operasi, penggunaan, yang tidak langsung keluar dari sifat-sifat objek.
10.  Pengetahuan baru dapat dengan mudah dikonstruksi oleh individu apabila terjadi asosiasi dengan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya. Dengan demikian, tugas guru adalah membangkitkan kembali pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki siswa.
11.  Pengetahuan baru akan lebih mudah dikonstruksi oleh siswa apabila diawali dari hal yang konkrit dan ini lebih baik dari pada pengetahuan awal yang abstrak.
B.     Metode pembelajaran
Metode pembelajaran merujuk pada aktivitas yang langsung dilakukan dalam membangun interaksi pebelajar dengan materi pelajaran. Bila ditinjau dari guru sebagai agen pembelajaran, metode pembelajaran adalah cara yang ditempuh guru agar pebelajar berinteraksi dengan materi pelajaran. Sedangkan bila ditinjau dari pebelajar sebagai subjek belajar, metode pembelajaran dimaknai sebagai metode belajar, yakni cara yang ditempuh siswa dalam melakukan interaksi pebelajar dengan materi pelajaran.
Merujuk pada model pembelajaran matematika beracuan konstruktivisme, maka metode pembelajaran yang mendukung model tersebut adalah:
1) Metode penemuan (Discovery) Metode ini memungkinkan siswa sendiri atau dibantu temannya atau bahkan guru berusaha menemukan pengetahuan baru atas materi yang dipelajarinya. Tentunya, pengetahuan baru itu bukanlah yang benar-benar baru, karena orang lain sudah mengetahuinya. Sehingga metode ini biasa disebut metode penemuan terbimbing (discovery).
Metode penemuan akan memberikan kesempatan lebih luas kepada pebelajar untuk membangun sendiri pengetahuan matematikanya tanpa banyak diberitahu oleh gurunya. Sesuai dengan prinsip konstruktivisme personal dan sosial, maka metode ini relevan dalam pembelajaran melalui penciptaan situasi sosial kooperatif, sehingga terjadi transfer belajar dari siswa berkemampuan lebih kepada yang kurang.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menerapkan metode penemuan adalah:
a)      Guru harus bertindak sebagai pengarah atau pembimbing saja, bukan sebagai pemberi tahu.
b)      Guru perlu memperhatikan pengetahuan prasyarat yang diperlukan bagi upaya belajar penemuan pengetahuan yang baru itu.
c)      Semangat menemukan pengetahuan baru atau pengalaman belajar siswa harus dipelihara agar tidak cepat bosan.
d)      Guru perlu menyediakan anak tangga menuju tingkatan pengetahuan barunya dengan menapak sendiri anak tangga tersebut.
2) Metode diskusi Metode diskusi sangat relevan dan mendukung model pembelajaran matematika beracuan konstruktivisme dengan menggunakan bahan ajar berbasis   konstruktivistik. Melalui aktivitas diskusi berarti ada interaksi antara guru dan siswa atau siswa dan siswa dalam membangun pemahaman bersama mengenai materi pelajaran. Metode diskusi memungkinkan setiap individu merefleksikan ide dan pikirannya atas temuan, pengalaman, konsep yang dimilikinya, sehingga semakin menyempurnakan pengetahuannya hingga didapatkan konsep yang lebih rinci dan ilmiah.
Penerapan metode diskusi akan memungkinkan terjadinya proses konstruksi pengetahuan lanjutan setelah melakukan konstruksi tahap awal melalui objek realistis dalam belajar penemuan. Metode diskusi memungkinkan beragamnya pengalaman belajar siswa dan dapat menambah kepercayaan dirinya diantara teman-teman dalam kelompok atau dalam kelas. Dengan demikian metode diskusi akan menyempurnakan hasil belajar siswa.
3) Metode pemberian tugas Metode pemberian tugas sebagai pendukung model pembelajaran matematika beracuan konstruktivisme disarankan dengan konsep bahwa pebelajar yang konstruktivis akan banyak melakukan aktivitasnya dalam mengembangkan pengetahuan dan pengalamannya hingga tingkatan optimal. Melalui pemberian tugas, pebelajar akan meluangkan waktunya lebih banyak mengonstruksi pengetahuan dan pengalamannya sehingga penyimpanan informasi dalam memori jangka panjang lebih terjamin.
Pemberian tugas yang umum dilakukan guru dalam pembelajaran adalah tugas pekerjaan rumah mengerjakan soal-soal latihan. Ini dengan harapan dapat meningkatkan dan melatih pemahamannya dalam situasi yang berbeda dengan sebelumnya. Namun demikian, konstruksi pengetahuan akan lebih berarti lagi apabila pemberian tugas adalah tugas lainnya, seperti membuat produk tertentu dengan basis pengetahuan yang dipelajarinya, tugas proyek yang menuntut aktivitas investigasi dan pengumpulan data untuk kemudian menyusun laporan.
Selain metode pembelajaran yang ditinjau dari sisi guru sebagai agen pembelajaran dan siswa sebagai subjek belajar, hal penting yang disarankan dalam PMBK ini adalah pendekatan pembelajaran. Pendekatan pembelajaran merupakan upaya ang ditempuh guru dalam menciptakan situasi belajar agar interaksi pebelajar dan materi pelajaran terjadi lebih intensif dan lebih mudah. Sesuai model pembelajaran PMBK, maka pendekatan pembelajaran yang diterapkan ini adalah pendekatan konstruktivism, yakni yang mendasarkan pada pandangan konstruktivisme
C.    Prosedur cara pembelajaran
Prosedur cara pembelajaran bahan ajar hendaklah memperhatikan prinsip-prinsip pembelajaran.
 Di antara prosedur pembelajaran tersebut adalah:
1)        Mulai dari yang mudah untuk memahami yang sulit, dari yang kongkret untuk memahami yang abstrak,
Siswa akan lebih mudah memahami suatu konsep tertentu apabila penjelasan dimulai dari yang mudah atau sesuatu yang kongkret, sesuatu yang nyata ada di lingkungan mereka. Misalnya untuk menjelaskan konsep pasar, maka mulailah siswa diajak untuk berbicara tentang pasar yang terdapat di tempat mereka tinggal. Setelah itu, kita bisa membawa mereka untuk berbicara tentang berbagai jenis pasar lainnya.
2)        Pengulangan akan memperkuat pemahaman
Dalam pembelajaran, pengulangan sangat diperlukan agar siswa lebih memahami suatu konsep. Dalam prinsip ini kita sering mendengar pepatah yang mengatakan bahwa 5 x 2 lebih baik daripada 2 x 5. Artinya, walaupun maksudnya sama, sesuatu informasi yang diulang-ulang, akan lebih berbekas pada ingatan siswa. Namun pengulangan dalam penulisan bahan belajar harus disajikan secara tepat dan bervariasi sehingga tidak membosankan.
3)         Umpan balik positif akan memberikan penguatan terhadap pemahaman siswa
Seringkali kita menganggap enteng dengan memberikan respond yang sekedarnya atas hasil kerja siswa. Padahal respond yang diberikan oleh guru terhadap siswa akan menjadi penguatan pada diri siswa. Perkataan seorang guru seperti ’ya benar’ atau ‚’ya kamu pintar’ atau,’itu benar, namun akan lebih baik kalau begini...’ akan menimbulkan kepercayaan diri pada siswa bahwa ia telah menjawab atau mengerjakan sesuatu dengan benar. Sebaliknya, respond negatif akan mematahkan semangat siswa. Untuk itu, jangan lupa berikan umpan balik yang positif terhadap hasil kerja siswa.
4)         Motivasi belajar yang tinggi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan belajar
Seorang siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi akan lebih berhasil dalam belajar. Untuk itu, maka salah satu tugas guru dalam melaksanakan pembelajaran adalah memberikan dorongan (motivasi) agar siswa mau belajar. Banyak cara untuk memberikan motivasi, antara lain dengan memberikan pujian, memberikan harapan, menjelas tujuan dan manfaat, memberi contoh, ataupun menceritakan sesuatu yang membuat siswa senang belajar, dll.
5)        Mencapai tujuan ibarat naik tangga, setahap demi setahap, akhirnya akan mencapai ketinggian tertentu.
Pembelajaran adalah suatu proses yang bertahap dan berkelanjutan. Untuk mencapai suatu standard kompetensi yang tinggi, perlu dibuatkan tujuan-tujuan antara. Ibarat anak tangga, semakin lebar anak tangga semakin sulit kita melangkah, namun juga anak tangga yang terlalu kecil terlampau mudah melewatinya. Untuk itu, maka guru perlu menyusun anak tangga tujuan pembelajaran secara pas, sesuai dengan karakteristik siswa. Dalam bahan ajar, anak tangga tersebut dirumuskan dalam bentuk indikator-indikator kompetensi.
6)         Mengetahui hasil yang telah dicapai akan mendorong siswa untuk terus mencapai tujuan
Ibarat menempuh perjalanan jauh, untuk mencapai kota yang dituju, sepanjang perjalanan kita akan melewati kota-kota lain. Kita akan senang apabila pemandu perjalanan kita memberitahukan setiap kota yang dilewati, sehingga kita menjadi tahu sudah sampai di mana dan berapa jauh lagi kita akan berjalan. Demikian pula dalam proses pembelajaran, guru ibarat pemandu perjalanan. Pemandu perjalanan yang baik, akan memberitahukan kota tujuan akhir yang ingin dicapai, bagaimana cara mencapainya, kota-kota apa saja yang akan dilewati, dan memberitahukan pula sudah sampai di mana dan berapa jauh lagi perjalanan. Dengan demikian, semua peserta dapat mencapai kota tujuan dengan selamat. Dalam pembelajaran, setiap anak akan mencapai tujuan tersebut dengan kecepatannya sendiri, namun mereka semua akan sampai kepada tujuan meskipun dengan waktu yang berbeda-beda. Inilah sebagian dari prinsip belajar tuntas.
D.    Pengembangan materi pembelajaran
Dalam mengembangkan bahan ajar tentu perlu memperhatikan prinsisp-prinsip pembelajaran.Gafur (1994) menjelaskan bahwa beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam penyusunan bahan ajar atau materi pembelajaran diantaranya meliputi prinsip relevansi, konsistensi, dan kecukupan. Ketiga penerapan prinsip-prinsip tersebut dipaparkan sebagai berikut:
1)      Relevansi: keterkaitan, ada kaitan;
Artinya ada kaitan, hubungan, atau bahkan ada jaminan bahwa bahan ajar yang dipilih itu menunjang tercapainya kompetensi yang dibelajarkan (KD, SK). Cara termudah ialah dengan mengajukan pertanyaan tentang kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa. Dengan prinsip dasar ini, guru akan mengetahui apakah materi yang hendak diajarkan tersebut materi fakta, konsep, prinsip, prosedur, aspek sikap atau aspek psikomotorik sehingga pada gilirannya guru terhindar dari kesalahan pemilihan jenis materi yang tidak relevan dengan pencapaian SK dan KD.
Contoh:
KD 1.1 SMP Kelas IX Mengidentifikasi bangun-bangun yang sama dan sebangun (kongruen), maka pemilihan materi pembelajaran yang disampaikan seharusnya “Syarat dua bangun yang sama dan sebangun (kongruen), foto dan model berskala, syarat dua bangun yang sebangun, dan panjang sisi pada dua bangun yang sama dan sebangun (kongruen).
2)      Konsistensi: keajegan;
Artinya ada kesesuaian (jumlah/banyaknya) antara kompetensi dan bahan ajar; jika kompetensi dasar yang ingin dibelajarkan mencakup keempat keterampilan berbahasa, bahan yang dipilih/dikembangkan juga mencakup keempat hal itu.
Contoh:
KD  5.1 SMP Kelas IX, Mengidentifikasi sifat-sifat bilangan berpangkat dan bentuk akar, maka kompetensi yang harus dimiliki siswa adalah kemampuan mengidentifikasi sifat-sifat bilangan berpangkat dan bentuk akar, misalkan membedakan bilangan berpangkat dan bentuk akar, serta membedakan sifat-sifat  keduanya.
3)      Kecukupan: memadai keluasannya, ketercukupannya;
Artinya bahan ajar yang dipilih/ dikembangkan ada jaminan memadai/ mencukupi untuk mencapai kompetensi yang dibelajarkan; tidak terlalu sedikit sehingga kurang menjamin tercapainya KD/SK. Materi tidak boleh terlalu sedikit, dan tidak boleh terlalu banyak. Jika terlalu sedikit akan kurang membantu mencapai SK dan KD. Sebaliknya, jika terlalu banyak akan membuang-buang waktu dan tenaga yang tidak perlu untuk mempelajarinya.

BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Demikian uraian-uraian penting mengawali pelaksanaan pembelajaran matematika dengan menggunakan bahan ajar berbasis konstruktivistik, dengan harapan dapat menjadi informasi yang bermanfaat dan dapat dipedomani. Selebihnya adalah tergantung kreatifitas bapak/Ibu guru dalam memaknai pedoman dan mengembangkannnya dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas.
Dari paparan di atas terlihat bagaimana lika-liku perkembangan matematika mulai dari matematika tradisional yang begitu sederhana, hanya sekedar melatih hafalan dan melatih kemampuan otak. Kemudian berkembang agak maju lagi dengan munculnya terori pembelajaran dari para ahli psikologi. Teori ini mempengaruhi pembelajaran matematika dalam negeri yang akhirnya pemerintah mengeluarkan kurikulum baru, yang disesuaikan dengan penemuan teori pembelajaran yang muncul.
B.    Kritik dan Saran
Dalam penyusunan makalah ini kami telah berusaha dengan sebaiknya. Akan tetapi sebagaimana kata pepatah “tak ada gading yang tak retak” untuk itu kami memohon maaf atas kurang dan lebihnya. Demikian halnya kami sadar betul bahwa makalah ini masih terlampau jauh dari kata sempurna. Untuk itu pula kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca demi tersempurnanya makalah – makalah kami di kemudian hari.



Oleh Kelas 1C / Kelompok 10 :

1. Gus Fatah (1384202084)

2. Tika Elvitasari (1384202098)

No comments:

Post a Comment

Popular Posts