Assalamu'alaikum Wr. Wb.
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Filsafat merupakan cabang ilmu yang mempelajari
tentang segala aturan yang ada di muka bumi ini beserta hukum-hukumnya. Obyek
dalam filsafat meliputi ada dan yang mungkin ada. Dan oleh pikiranlah antara
yang ada dan yang mungkin ada tersebut itu dapat dihubungkan satu sama lainnya.
Arti dari
filsafat merupakan filsafat itu sendiri. Karena berfilsafat itu bermakna
berpikir kritis, maka untuk berfilsafat memerlukan pikiran yang dalam keadaan
kesadaran yang sesadar-sadarnya. Di dalam filsafat ada 4 unsur-unsur yang
terpenting dari prinsip-prinsip
pengembangan pendidikan yang dilakukan di Indonesia. Yaitu pengembangan pendidikan, metode
pembelajaran, cara pembelajaran, pengembangan materi pembelajaran.
Dalam filsafat ada 2 hal yang dibutuhkan untuk
mentransformasikan sebuah dunia, yaitu ruang dan waktu. Bahasa yang digunakan
dalam berfilsafat adalah bahasa analog. Yang memiliki unsure subyek dan
predikat. Unsure subyek tidak dapat berdiri sendiri tanpa adanya predikat yang
mengikuti. Berlaku juga sebaliknya. Dalam mempelajari filsafat, terdapat dua
sumbu yang akan menghubungkan satu dengan yang lain. Dan sumbu itu juga
bermanfaat bagi sumbu-sumbu yang lainnya. Sumbu ontology merentang dari intensif
ke ekstensif. Sumbu epistimologi merentang dari benar ke yang salah. Dan sumbu
aksiologi merentang dari baik dan yang buruk, etik dan estetika. Kutup ruang
dari jauh ke dekat, kutup waktu dari lampau, sekarang ke masa yang akan datang.
B.
Rumusan
Masalah
Terkait latar belakang masalah yang telah dipaparkan
diatas, maka akan dikaji beberapa rumusan masalah dibawah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan prinsip-prinsip
pengembangan pendidikan?
2. Bagaimana
metode pembelajaran matematika?
3. Apa prosedur cara pembelajaran?
4. Bagaimana pengembangan materi
pembelajaran pendidikan matematika?
C.
Tujuan
Penulisan Matematika
Makalah ini disusun dalam rangka memfasilitasi
teman-teman mahasiswa Pendidikan Matematika khususnya dan seluruh praktisi
Pendidikan Matematika pada umummnya agar dapat memahami prinsip-prinsip
pengembangan Pendidikan Matematika secara lebih mendalam sehingga dapat
mengelola serta mengembangkan pendidikan matematika yang berorientasi pada
pencapaian tujuan dari pendidikan matematika itu sendiri.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengembangan
Pendidikan
Matematika tradisional : Setelah Indonesia terlepas
dari penjajahan kolonial, pemerintah berbenah diri menyusun program pendidikan.
Matematika diletakkan sebagai salah satu mata pelajaran wajib. Saat itu
pembelajaran matematika lebih ditekankan pada ilmu hitung dan cara berhitung.
Urutan-urutan materi seolah-olah telah menjadi konsensus masyarakat. Karena
seolah-olah sudah menjadi konsensus maka ketika urutan dirubah sedikit saja
protes dan penentangan dari masyarakat begitu kuat. Untuk pertama kali yang
diperkenalkan kepada siswa adalah bilangan asli dan membilang, kemudian
penjumlahan dengan jumlah kurang dari sepuluh, pengurangan yang selisihnya
positif dan lain sebagainya.
Kekhasan lain dari pembelajaran matematika tradisional
adalah bahwa pembelajaran lebih menekankan hafalan dari pada pengertian,
menekankan bagaimana sesuatu itu dihitung bukan mengapa sesuatu itu dihitungnya
demikian, lebih mengutamakan kepada melatih otak bukan kegunaan, bahasa/istilah
dan simbol yang digunakan tidak jelas, urutan operasi harus diterima tanpa
alasan, dan lain sebagainya.
Urutan operasi hitung pada era pembelajaran matematika
tradisional adalah kali, bagi, tambah dan kurang. ,maksudnya bila ada soal
dengan menggunakan operasi hitung maka perkalian harus didahulukan dimanapun
letaknya baru kemudian pembagian, penjumlahan dan pengurangan. Urutan operasi
ini mulai tahun 1974 sudah tidak dipandang kuat lagi banyak kasus yang dapat
digunakan untuk menunjukkan kelemahan urutan tersebut.
Contoh: Tentukan hasil dari 12:3?
Jawabanya
adalah 4,dengan tanpa memberi tanda kurung.
soal di atas
ekuivalen dengan 9+3:3, berdasar urutan operasi yaitu bagi dulu baru jumlah dan hasilnya
adalah 10. Perbedaan hasil inilah yang menjadi alasan bahwa urutan tersebut
kurang kuat.
Sementara itu cabang matematika yang diberikan di
sekolah menengah pertama adalah aljabar dan geometri bidang. Geometri ini
diajarkan secara terpisah dengan geometri ruang selama tiga tahun. Sedangkan
yang diberikan di sekolah menengah atas adalah aljabar, geometri ruang,
goneometri, geometri lukis, dan sedikit geometri analitik bidang. Geometri
ruang tidak diajarkan serempak dengan geometri ruang, geomerti lukis adalah
ilmu yang kurang banyak diperlukan dalam kehidupan sehingga menjadi abstrak
dikalangan siswa.
Pembelajaran matematika modern : Pengajaran matematika
modern resminya dimulai setelah adanya kurikulum 1975. Model pembelajaran
matematika modern ini muncul karena adanya kemajuan teknologi, di Amerika
Serikat perasaan adanya kekurangan orang-orang yang mampu menangani sejata,
rudal dan roket sangat sedikit, mendorong munculnya pembaharuan pembelajaran
matematika. Selain itu penemuan-penemuan teori belajar mengajar oleh J. Piaget,
W Brownell, J.P Guilford, J.S Bruner, Z.P Dienes, D.Ausubel, R.M Gagne dan
lain-lain semakin memperkuat arus perubahan model pembelajaran matematika.
W. Brownell mengemukakan bahwa belajar matematika harus
merupakan belajar bermakna dan berpengertian. Teori ini sesuai dengan terori
Gestalt yang muncul sekitar tahun 1930, dimana Gestalt menengaskan bahwa
latihan hafal atau yang sering disebut drill adalah sangat penting dalam
pengajaran namun diterapkan setalah tertanam pengertian pada siswa.
Dua hal tersebut di atas memperngaruhi perkembangan
pembelajaran matematika dalam negeri, berbagai kelemahan seolah nampak jelas,
pembelajaran kurang menekankan pada pengertian, kurang adanya kontinuitas,
kurang merangsang anak untuk ingin tahu, dan lain sebagainya. Ditambah lagi
masyarakat dihadapkan pada kemajuan teknologi. Akhirnya Pemerintah merancang
program pembelajaran yang dapat menutupi kelemanahn-kelemahan tersebut,
munculah kurikulum 1975 dimana matematika saat itu mempnyai karakteristik
sebagai berikut ;
1. Memuat topik-topik dan pendekatan baru.
Topik-topik baru yang muncul adalah himpunan, statistik dan
probabilitas, relasi, sistem numerasi kuno, penulisan lambang bilangan non
desimal.
2. Pembelajaran lebih menekankan pembelajaran
bermakna dan berpengertian dari pada hafalan dan ketrampilan berhitung.
3. Program matematika sekolah dasar dan sekolah
menengah lebih continue
4. Pengenalan penekanan pembelajaran pada
struktur
5. Programnya dapat melayani kelompok anak-anak
yang kemampuannya hetrogen.
6. Menggunakan bahasa yang lebih tepat.
7. Pusat pengajaran pada murid tidak pada guru.
8. Metode pembelajaran menggunakan meode
menemukan, memecahkan masalah dan teknik diskusi.
9. Pengajaran matematika lebih hidup dan
menarik.
Pembelajaran
matematika masa kini : Pembelajaran matematika masa kini adalah pembelajaran
era 1980-an. Hal ini merupakan gerakan revolusi matematika kedua, walaupun
tidak sedahsyat pada revolusi matematika pertama atau matematika modern.
Revolusi ini diawali oleh kekhawatiran negara maju yang akan disusul oleh
negara-negara terbelakang saat itu, seperti Jerman barat, Jepang, Korea, dan
Taiwan. Pengajaran matematika ditandai oleh beberapa hal yaitu adanya kemajuan
teknologi muthakir seperti kalkulator dan komputer.
Perkembangan matematika di luar negeri tersebut
berpengaruh terhadap matematika dalam negeri. Di dalam negeri, tahun 1984
pemerintah melaunching kurikulum baru, yaitu kurikulum tahun 1984. Alasan dalam
menerapkan kurikulum baru tersebut antara lain, adanya sarat materi, perbedaan
kemajuan pendidikan antar daerah dari segi teknologi, adanya perbedaan
kesenjangan antara program kurikulum di satu pihak dan pelaksana sekolah serta
kebutuhan lapangan dipihak lain, belum sesuainya materi kurikulum dengan tarap
kemampuan anak didik. Dan, CBSA (cara belajar siswa aktif) menjadi karakter
yang begitu melekat erat dalam kurikulum tersebut.
Dalam kurikulum ini siswa di sekolah dasar diberi
materi aritmatika sosial, sementara untuk siswa sekolah menengah atas diberi
materi baru seperti komputer. Hal lain yang menjadi perhatian dalam kurikulum
tersebut, adalah bahan bahan baru yang sesuai dengan tuntutan di lapangan,
permainan geometri yang mampu mengaktifkan siswa juga disajikan dalam kurikulum
ini.
Sementara itu langkah-langkah agar
pelaksanaan kurikulum berhasil adalah melakukan hal-hal sebagai berikut;
1. Guru supaya meningkatkan
profesinalisme
2. Dalam buku paket harus dimasukkan
kegiatan yang menggunakan kalkulator dan komputer
3.
Sikronisasi dan kesinambungan pembelajaran dari sekolah
dasar dan sekolah
lanjutan
4. Pengevaluasian hasil pembelajaran
5. Prinsip CBSA di pelihara terus
Pembelajaran matematika beracuan
konstruktivisme (disarikan dari Suparno, 1997) dikembangkan dengan
prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Pengetahuan bagi individu adalah
hasil konstruksi individu sendiri.
2. Individu dapat mengonstruksi
pengetahuannya melalui interaksi dengan objek, fenomen, pengalaman, dan
lingkungannya.
3. Pengetahuan yang benar apabila
pengetahuan hasil konstruksi itu dapat digunakan untuk memecahkan masalah atau
fenomen yang relevan.
4. Pengetahuan tidak dapat ditransfer
oleh seseorang dari orang lain, melainkan melalui proses interpretasinya
masing-masing.
5. Pengetahuan dibangun sendiri oleh
siswa, baik secara personal maupun sosial.
6. Perubahan konsep ke arah yang lebih
rinci, lengkap, dan ilmiah terjadi apabila proses konstruksi berlangsung terus
menerus.
7. Peran guru dalam pembelajaran beracuan
konstruktivisme adalah sekedar membantu menyediakan sarana dan situasi agar
proses konstruksi pengetahuan berjalan dengan baik.
8. Pengetahuan individu tersimpan dalam
struktur kognitifnya, didapat melalui proses mengonstruksi secara fisik dan
mental dalam lingkungan fisik dan sosial.
9. Pengetahuan hasil konstruksi sebagai
struktur kognitif individu, tertanam sebagai struktur logis dan matematis yang
bersifat abstrak berasal dari dua kemungkinan abstraksi, yaitu (1) abstraksi
dari objek secara langsung yang menghasilkan pengetahuan empiris atau
eksperimental, dan (2) abstraksi atas dasar koordinasi, relasi, operasi,
penggunaan, yang tidak langsung keluar dari sifat-sifat objek.
10. Pengetahuan baru dapat dengan mudah
dikonstruksi oleh individu apabila terjadi asosiasi dengan pengetahuan yang
dimiliki sebelumnya. Dengan demikian, tugas guru adalah membangkitkan kembali
pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki siswa.
11. Pengetahuan baru akan lebih mudah
dikonstruksi oleh siswa apabila diawali dari hal yang konkrit dan ini lebih
baik dari pada pengetahuan awal yang abstrak.
B.
Metode
pembelajaran
Metode pembelajaran merujuk pada aktivitas yang
langsung dilakukan dalam membangun interaksi pebelajar dengan materi pelajaran.
Bila ditinjau dari guru sebagai agen pembelajaran, metode pembelajaran adalah
cara yang ditempuh guru agar pebelajar berinteraksi dengan materi pelajaran.
Sedangkan bila ditinjau dari pebelajar sebagai subjek belajar, metode
pembelajaran dimaknai sebagai metode belajar, yakni cara yang ditempuh siswa
dalam melakukan interaksi pebelajar dengan materi pelajaran.
Merujuk pada model pembelajaran
matematika beracuan konstruktivisme, maka metode pembelajaran yang mendukung
model tersebut adalah:
1) Metode
penemuan (Discovery) Metode ini memungkinkan siswa sendiri atau dibantu temannya
atau bahkan guru berusaha menemukan pengetahuan baru atas materi yang
dipelajarinya. Tentunya, pengetahuan baru itu bukanlah yang benar-benar baru,
karena orang lain sudah mengetahuinya. Sehingga metode ini biasa disebut metode
penemuan terbimbing (discovery).
Metode
penemuan akan memberikan kesempatan lebih luas kepada pebelajar untuk membangun
sendiri pengetahuan matematikanya tanpa banyak diberitahu oleh gurunya. Sesuai
dengan prinsip konstruktivisme personal dan sosial, maka metode ini relevan
dalam pembelajaran melalui penciptaan situasi sosial kooperatif, sehingga
terjadi transfer belajar dari siswa berkemampuan lebih kepada yang kurang.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menerapkan metode
penemuan adalah:
a) Guru harus bertindak sebagai
pengarah atau pembimbing saja, bukan sebagai pemberi tahu.
b) Guru perlu memperhatikan pengetahuan
prasyarat yang diperlukan bagi upaya belajar penemuan pengetahuan yang baru
itu.
c) Semangat menemukan pengetahuan baru
atau pengalaman belajar siswa harus dipelihara agar tidak cepat bosan.
d) Guru perlu menyediakan anak tangga
menuju tingkatan pengetahuan barunya dengan menapak sendiri anak tangga
tersebut.
2) Metode
diskusi Metode
diskusi sangat relevan dan mendukung model pembelajaran matematika beracuan
konstruktivisme dengan menggunakan bahan ajar berbasis konstruktivistik. Melalui aktivitas diskusi
berarti ada interaksi antara guru dan siswa atau siswa dan siswa dalam
membangun pemahaman bersama mengenai materi pelajaran. Metode diskusi
memungkinkan setiap individu merefleksikan ide dan pikirannya atas temuan,
pengalaman, konsep yang dimilikinya, sehingga semakin menyempurnakan
pengetahuannya hingga didapatkan konsep yang lebih rinci dan ilmiah.
Penerapan
metode diskusi akan memungkinkan terjadinya proses konstruksi pengetahuan
lanjutan setelah melakukan konstruksi tahap awal melalui objek realistis dalam
belajar penemuan. Metode diskusi memungkinkan beragamnya pengalaman belajar
siswa dan dapat menambah kepercayaan dirinya diantara teman-teman dalam
kelompok atau dalam kelas. Dengan demikian metode diskusi akan menyempurnakan
hasil belajar siswa.
3) Metode
pemberian tugas
Metode pemberian tugas sebagai pendukung model pembelajaran matematika beracuan
konstruktivisme disarankan dengan konsep bahwa pebelajar yang konstruktivis
akan banyak melakukan aktivitasnya dalam mengembangkan pengetahuan dan
pengalamannya hingga tingkatan optimal. Melalui pemberian tugas, pebelajar akan
meluangkan waktunya lebih banyak mengonstruksi pengetahuan dan pengalamannya
sehingga penyimpanan informasi dalam memori jangka panjang lebih terjamin.
Pemberian
tugas yang umum dilakukan guru dalam pembelajaran adalah tugas pekerjaan rumah
mengerjakan soal-soal latihan. Ini dengan harapan dapat meningkatkan dan
melatih pemahamannya dalam situasi yang berbeda dengan sebelumnya. Namun
demikian, konstruksi pengetahuan akan lebih berarti lagi apabila pemberian
tugas adalah tugas lainnya, seperti membuat produk tertentu dengan basis
pengetahuan yang dipelajarinya, tugas proyek yang menuntut aktivitas
investigasi dan pengumpulan data untuk kemudian menyusun laporan.
Selain
metode pembelajaran yang ditinjau dari sisi guru sebagai agen pembelajaran dan
siswa sebagai subjek belajar, hal penting yang disarankan dalam PMBK ini adalah
pendekatan pembelajaran. Pendekatan pembelajaran merupakan upaya ang ditempuh
guru dalam menciptakan situasi belajar agar interaksi pebelajar dan materi
pelajaran terjadi lebih intensif dan lebih mudah. Sesuai model pembelajaran
PMBK, maka pendekatan pembelajaran yang diterapkan ini adalah pendekatan
konstruktivism, yakni yang mendasarkan pada pandangan konstruktivisme
C.
Prosedur
cara pembelajaran
Prosedur cara pembelajaran bahan
ajar hendaklah memperhatikan prinsip-prinsip pembelajaran.
Di antara prosedur pembelajaran tersebut
adalah:
1)
Mulai dari yang mudah untuk memahami yang sulit, dari yang
kongkret untuk memahami yang abstrak,
Siswa
akan lebih mudah memahami suatu konsep tertentu apabila penjelasan dimulai dari
yang mudah atau sesuatu yang kongkret, sesuatu yang nyata ada di lingkungan
mereka. Misalnya untuk menjelaskan konsep pasar, maka mulailah siswa diajak
untuk berbicara tentang pasar yang terdapat di tempat mereka tinggal. Setelah
itu, kita bisa membawa mereka untuk berbicara tentang berbagai jenis pasar
lainnya.
2)
Pengulangan akan memperkuat pemahaman
Dalam pembelajaran, pengulangan
sangat diperlukan agar siswa lebih memahami suatu konsep. Dalam prinsip ini
kita sering mendengar pepatah yang mengatakan bahwa 5 x 2 lebih baik daripada 2
x 5. Artinya, walaupun maksudnya sama, sesuatu informasi yang diulang-ulang,
akan lebih berbekas pada ingatan siswa. Namun pengulangan dalam penulisan bahan
belajar harus disajikan secara tepat dan bervariasi sehingga tidak membosankan.
3)
Umpan balik positif
akan memberikan penguatan terhadap pemahaman siswa
Seringkali kita menganggap enteng
dengan memberikan respond yang sekedarnya atas hasil kerja siswa. Padahal
respond yang diberikan oleh guru terhadap siswa akan menjadi penguatan pada
diri siswa. Perkataan seorang guru seperti ’ya benar’ atau ‚’ya kamu pintar’
atau,’itu benar, namun akan lebih baik kalau begini...’ akan menimbulkan
kepercayaan diri pada siswa bahwa ia telah menjawab atau mengerjakan sesuatu
dengan benar. Sebaliknya, respond negatif akan mematahkan semangat siswa. Untuk
itu, jangan lupa berikan umpan balik yang positif terhadap hasil kerja siswa.
4)
Motivasi belajar yang
tinggi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan belajar
Seorang siswa yang memiliki motivasi
belajar tinggi akan lebih berhasil dalam belajar. Untuk itu, maka salah satu
tugas guru dalam melaksanakan pembelajaran adalah memberikan dorongan
(motivasi) agar siswa mau belajar. Banyak cara untuk memberikan motivasi,
antara lain dengan memberikan pujian, memberikan harapan, menjelas tujuan dan
manfaat, memberi contoh, ataupun menceritakan sesuatu yang membuat siswa senang
belajar, dll.
5)
Mencapai tujuan ibarat naik tangga, setahap demi setahap,
akhirnya akan mencapai ketinggian tertentu.
Pembelajaran adalah suatu proses
yang bertahap dan berkelanjutan. Untuk mencapai suatu standard kompetensi yang
tinggi, perlu dibuatkan tujuan-tujuan antara. Ibarat anak tangga, semakin lebar
anak tangga semakin sulit kita melangkah, namun juga anak tangga yang terlalu kecil
terlampau mudah melewatinya. Untuk itu, maka guru perlu menyusun anak tangga
tujuan pembelajaran secara pas, sesuai dengan karakteristik siswa. Dalam bahan
ajar, anak tangga tersebut dirumuskan dalam bentuk indikator-indikator
kompetensi.
6)
Mengetahui hasil yang
telah dicapai akan mendorong siswa untuk terus mencapai tujuan
Ibarat menempuh perjalanan jauh,
untuk mencapai kota yang dituju, sepanjang perjalanan kita akan melewati
kota-kota lain. Kita akan senang apabila pemandu perjalanan kita memberitahukan
setiap kota yang dilewati, sehingga kita menjadi tahu sudah sampai di mana dan
berapa jauh lagi kita akan berjalan. Demikian pula dalam proses pembelajaran,
guru ibarat pemandu perjalanan. Pemandu perjalanan yang baik, akan
memberitahukan kota tujuan akhir yang ingin dicapai, bagaimana cara
mencapainya, kota-kota apa saja yang akan dilewati, dan memberitahukan pula
sudah sampai di mana dan berapa jauh lagi perjalanan. Dengan demikian, semua
peserta dapat mencapai kota tujuan dengan selamat. Dalam pembelajaran, setiap
anak akan mencapai tujuan tersebut dengan kecepatannya sendiri, namun mereka
semua akan sampai kepada tujuan meskipun dengan waktu yang berbeda-beda. Inilah
sebagian dari prinsip belajar tuntas.
D.
Pengembangan
materi pembelajaran
Dalam
mengembangkan bahan ajar tentu perlu memperhatikan prinsisp-prinsip
pembelajaran.Gafur (1994) menjelaskan bahwa beberapa prinsip yang perlu
diperhatikan dalam penyusunan bahan ajar atau materi pembelajaran diantaranya
meliputi prinsip relevansi, konsistensi, dan kecukupan. Ketiga
penerapan prinsip-prinsip tersebut dipaparkan sebagai berikut:
1) Relevansi: keterkaitan, ada kaitan;
Artinya ada kaitan, hubungan, atau
bahkan ada jaminan bahwa bahan ajar yang dipilih itu menunjang tercapainya
kompetensi yang dibelajarkan (KD, SK). Cara termudah ialah dengan mengajukan
pertanyaan tentang kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa. Dengan prinsip
dasar ini, guru akan mengetahui apakah materi yang hendak diajarkan tersebut
materi fakta, konsep, prinsip, prosedur, aspek sikap atau aspek psikomotorik
sehingga pada gilirannya guru terhindar dari kesalahan pemilihan jenis materi
yang tidak relevan dengan pencapaian SK dan KD.
Contoh:
KD 1.1 SMP
Kelas IX Mengidentifikasi bangun-bangun yang sama dan sebangun (kongruen), maka
pemilihan materi pembelajaran yang disampaikan seharusnya “Syarat dua bangun
yang sama dan sebangun (kongruen), foto dan model berskala, syarat dua bangun
yang sebangun, dan panjang sisi pada dua bangun yang sama dan sebangun
(kongruen).
2) Konsistensi: keajegan;
Artinya ada kesesuaian
(jumlah/banyaknya) antara kompetensi dan bahan ajar; jika kompetensi dasar yang
ingin dibelajarkan mencakup keempat keterampilan berbahasa, bahan yang
dipilih/dikembangkan juga mencakup keempat hal itu.
Contoh:
KD 5.1 SMP Kelas IX, Mengidentifikasi sifat-sifat
bilangan berpangkat dan bentuk akar, maka kompetensi yang harus dimiliki siswa
adalah kemampuan mengidentifikasi sifat-sifat bilangan berpangkat dan bentuk
akar, misalkan membedakan bilangan berpangkat dan bentuk akar, serta membedakan
sifat-sifat keduanya.
3) Kecukupan: memadai keluasannya,
ketercukupannya;
Artinya bahan ajar yang dipilih/ dikembangkan
ada jaminan memadai/ mencukupi untuk mencapai kompetensi yang dibelajarkan;
tidak terlalu sedikit sehingga kurang menjamin tercapainya KD/SK. Materi tidak
boleh terlalu sedikit, dan tidak boleh terlalu banyak. Jika terlalu sedikit
akan kurang membantu mencapai SK dan KD. Sebaliknya, jika terlalu banyak akan
membuang-buang waktu dan tenaga yang tidak perlu untuk mempelajarinya.
BAB
III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Demikian uraian-uraian penting mengawali pelaksanaan
pembelajaran matematika dengan menggunakan bahan ajar berbasis
konstruktivistik, dengan harapan dapat menjadi informasi yang bermanfaat dan
dapat dipedomani. Selebihnya adalah tergantung kreatifitas bapak/Ibu guru dalam
memaknai pedoman dan mengembangkannnya dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas.
Dari paparan di atas terlihat bagaimana lika-liku
perkembangan matematika mulai dari matematika tradisional yang begitu
sederhana, hanya sekedar melatih hafalan dan melatih kemampuan otak. Kemudian
berkembang agak maju lagi dengan munculnya terori pembelajaran dari para ahli
psikologi. Teori ini mempengaruhi pembelajaran matematika dalam negeri yang
akhirnya pemerintah mengeluarkan kurikulum baru, yang disesuaikan dengan
penemuan teori pembelajaran yang muncul.
B.
Kritik
dan Saran
Dalam penyusunan makalah ini kami telah berusaha
dengan sebaiknya. Akan tetapi sebagaimana kata pepatah “tak ada gading yang tak
retak” untuk itu kami memohon maaf atas kurang dan lebihnya. Demikian halnya
kami sadar betul bahwa makalah ini masih terlampau jauh dari kata sempurna.
Untuk itu pula kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari para pembaca demi tersempurnanya makalah – makalah kami di
kemudian hari.Oleh Kelas 1C / Kelompok 10 :
1. Gus Fatah (1384202084)
2. Tika Elvitasari (1384202098)
No comments:
Post a Comment